Apr 22, 2012

This is why we called you "ababil"

Kemarin baru saja aku selesai photoshoot bareng temanku di daerah Bintaro. Selepas take foto kita mau ngedit nih. Akhirnya kita pindah lokasi yang cocok buat hang out sambil makan, sambil wifi. Kita pilih McD Bintaro. Karena lagi malam mingguan, banyak banget anak-anak abege yang lagi nongkrong disitu. Yowes lah, aku dan temanku Eki sih tetep berkutat sama laptop buat ngedit foto-foto. Posisi duduk awal di lantai atas, lalu kita pindah tempat duduk ke dalam yang berbangku sofa untuk dapat colokan dan pastinya ngeditnya lebih enak. Akhirnya kita terusin ngedit-ngedit foto tersebut. Awalnya berjalan lancar, ngedit sambil makan french fries.. cola.. burger... Tapi lama-lama kita merasa terganggu dengan adanya gerombolan anak-anak SMP yang duduk tepat di depan kita. Usia mereka kurang lebih 13 tahun, mungkin kelas 2 SMP. Karena kalau untuk kelas 3 gak mungkin, mengingat besok senin mereka akan UN jadi gak akan mungkin mereka diperbolehkan hang out sebelum ujian. Hanya analisis sayaaa :))

Di sofa ada 4 anak perempuan 1 anak lelaki. Anak cowok ini seperti agak risih sama anak-anak cewek itu. Seperti digodain habis-habisan. Entah anak cowok ini cowok idola atau dia udah jadian / lagi pdkt sama cewek yang mana. Nggak lama temannya nambah. sekitar 2 cewek 1 cowok. Anak cowok yang baru dateng itu namanya Daniel (Entah benar atau engga, anggap aja bener.. menurut kuping saya yang denger). Si Daniel ini cowok lucu, secara face cute untuk di-gebet sama cewek-cewek seumuran. Dan saat Daniel datang semua teman ceweknya heboh, yang mendetail, dan jadinya lebai. Dan dua cewek itu pamit pulang sambil bilang dengan nada yang lumayan bisa di denger satu restoran. 
"Gue pulang dulu ya! Yang penting gue udah dapet foto lo berdua dan gue puas!!"
Nah dari situlah aku mulai annoyed by them. Sambil Eki ngedit foto di laptop, aku bisikin ke Eki."Lihat deh, anak-anak sekarang tuh sikapnya aneh deh. Lo liat si Daniel yang pakai baju merah itu kayaknya risih banget di kelilingin sama temennya. Dan anak-anak sekarang kalo udah ketemu sama cowok yang di gebet cuma di ajak ketemuan, terus di ajak foto bareng, terus di tinggal."
Eki ngeliat aneh ke aku, sambil suaranya agak membesar (besar seperti bodinya :D) "Idih aneh banget! Jadi mereka ketemuan, terus di foto pake BB terus nanti fotonya di sebar?! What the fuck sama kelakuan ababil jaman sekarang!!"
Dan kedengaran lah kata-kata Eki barusan sama mereka yang masih duduk di sofa. Terlebih sama abege yang wajahnya agak oriental dan aku rasa dia yang paling "hits" kali ya. Dia langsung bales kata-kata Eki. "Emang BB punya siapaaa, cobaa?!!"
Dibales lagi sama Eki, "BB GUA!" Tapi tanpa kita lihatin mereka.
"Yaudah, buang aja BB nya!" sahut cewek oriental ini.
Nah dari situ kita mulai perang dingin. Eki yang ngedit jadi nggak konsen gara-gara ocehan ababil tadi. Sebenarnya aku pun merasa panas di sahutin kayak gitu. Eki pun juga. Tapi kita tahan diri aja. Lagian males banget kalau nyautin ababil. Malu-maluin yang ada.... berantem di public place sama ababil... nggak ada tragedi yang lebih mumpuni? 
So aku sama Eki tetep ngediemin mereka, walau jadinya suasana ruang gerak kita gak leluasa. Maksudnya aku dan Eki pasti bakalan di sorot sama mereka, begitupun juga mereka. Kalau mulai yang aneh-aneh pasti mata kita secara reflek akan tertuju.
Dan sepanjang waktu yang lumayan para ababil itu mulai sangat sangat sangat mengganggu aku dan Eki. 2 cewek yang berwajah oriental & temannya itu mulai ngajak berantem pake benda. Mereka melempar koin yang aku rasa itu sebenarnya buat nimpuk aku. Tapi sayangnya koin itu jatuh ke kaki aku. Mereka langsung nunduk ketawa, sementara aku (dengan muka judesku) melototin mereka berdua. Ini udah bener-bener keterlaluan menurut aku. Udah cukup kita argumen di awal, jadi nggak usah di panjang-panjangin. Tapi bagi mereka itu nggak cukup. Karena sepanjang aku dan Eki lagi makan burger, mereka pun berkomentar yang nggak sopan. Seperti "Gila! Mulutnya bau selangkangan banget!!! Perasaan daritadi nggak ada tuh bau-bau bangsat kayak gini?!"
Atau "Salah lo.... ini tuh bau TAI. Kayak gimana tuh rasanya makan TAI?!"
"Udahhh pulang aja lo sanaa.. Bau TAI sama selangkangan GANGGU banget dehhhh....."
Mereka terus mengoceh tanpa henti nyindir-nyindir kami. Aku sebenarnya saat itu udah geram banget. Niat aku mau ngambil soft drink-ku yang masih ada dan tuang di kepala mereka. But wait, kalau aku ngelakuin hal seperti itu berarti aku sama dong kayak mereka. Dan malesin banget ngeladenin tingkah dan ucapan anak yang 12 tahun lebih mudah dari aku? Dengan segala rasa sabar yang tersisa aku sama Eki berusaha untuk tetap calm down.

Sebenarnya Eki agak panas. Dia menggeram sama aku, "Jangan sampe elo semua gue keluarin stunt-gun gue  ya." But truth, its only his joke. Cuma menggeram dan menggerutu bila seandainya kita menuruti ego masing-masing untuk membalas para ababil tersebut. Tapi untungnya kita masih bisa menahan diri. So kita berdua cuma bisa diam nggak menuruti jokes dan bully dari mereka.

Mereka masihhh saja nyindir dengan kata-kata yang menurut aku nggak sopan. Yah seperti tadi TAI dan selangkangan untuk di ucapkan di restoran kan nggak etis. Nggak sedikit orang yang merasa jijik walau hanya mendengar kata-kata kotor itu saat aktivitas makan. Dan nggak sedikit orang yang langsung ilfil saat mendengar kata-kata itu. Nggak sedikit orang yang muntah saat mendengar kata itu. Jadi itulah yang kumaksud, kenapa kita para dewasa, atau orang-orang yang older than you, guys cuma diam aja ngedenger ocehan begitu. Karena kita tahu efeknya ke depan, ke semenit berikutnya, ke waktu berikutnya bila kita membalas bully-an kalian. We thinking about the BIG effect if we reply your bully just because one small action. Satu tindakan kecil itu merubah segalanya. Sayangnya sepertinya hal yang berefek jangka-panjang itu  belum atau malah nggak kalian pikirkan. Yang kalian pikirkan saat itu adalah kesenangan saat mem-bully orang lain demi ego dan emosi belaka.

Memang kalian masih remaja, masih emosi bergejolak. Tapi alangkah baiknya kalau sikap seperti itu (which was on my era aku nggak bertingkah seperti itu) kalian kurangi. 

Remembering our mom's words. "Tingkah laku kalian di luar itu mencerminkan sikap & pendidikan dari dalam rumah. Jadi jangan sampai memalukan nama keluarga di tempat umum."
Jadinya kan kalau kalian bersikap seperti itu masyarakat akan berfikir, "ANAK SIAPA SIH INI?! Biar gue marahin nyokapnye, ngajarin anak tuh YANG BENER!!!" Nah! Mau kalian bila mama kalian menjadi kambing hitam masyarakat cuma gara-gara sikap sampah kalian?

This is why we called you "ababil"
Karena menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan.

Apr 19, 2012

Fun a Little Time

Senang-senang bersama teman-teman :)


Sama Awan di Mangga Dua :D
Cuma nyobain. Nggak beli.


Sama Rajiv Akram di salah satu SD Bekasi. Work with fun! :D


Musical Parade dengan teman-temankuu ;)) acara Grand Opening Sari Roti


Sama Anonna di Legacy La Salle College International Graduation Show di Senayan City (13/02/12)


Sama Ryad :)


Apr 3, 2012

Princess Syndrom

- What Goes Around, It Comes Around -



Beberapa hari yang lalu aku jadi mc di salah satu birthday klien kantor. Anak ini berumur 11 tahun. A girl, quite  beautiful, cukup kaya, temannya banyak, sepertinya anak ini cukup disenangi sama teman-temannya. Menurut mata saya cukup melihat...

Sebelum acara puncak dimulai, aku yg bertugas sebagai mc harus tahu profil dari yang berulang tahun sekarang. Panggil saja dia Asha, kutanya umurnya berapa. Dari awal kutanya namanya dia agak malas fokus menjawab, malahan tatapan matanya seakan merendahkan aku. Tapi aku sih masak bodoh, she's only a girl. A kid, jadi nggak usah merasa tersisihkan/tersinggung sama sikapnya. Nggak menyerah, aku masih mencoba akrab sama Asha, sampai-sampai aku bilang aku serius bertanya. Akhirnya dia menjawab walau malas-malasan juga.

Dan saat acara puncak dimulai, aku yang berlaku sebagai mc, master of ceremony merasa harus mengajak si 'tuan putri' Asha ini untuk maju ke depan, karena sebentar lagi adalah perayaan seperti tiup lilin & pembacaan doa. Saat Asha ku ajak ke depan panggung, dia berkali-kali memutar bola matanya, malas dan nggak kooperatif sama sekali. Sebelum acara tiup lilin pun, Asha berkali-kali mengeluh "Iyuuhh!" kepada teman-temanku. Apalagi saat aku tepat berada di sebelahnya, nggak cuma "iyuuh" yang kuterima, kata-kata merendahkan lainnya seperti "males banget", "nggak banget", "apa-apaan sih?!" itu kuterima.
I'm okay, nggak akan aku ambil hati, she's just another cranky & F client yang pernah kuladeni.

Akhirnya seluruh sahabat, keluarga, dan cowok yang ditaksirnya sudah naik ke atas panggung. Sebelum acara tiup lilin dan doa dimulai, aku bertanya kepada para teman-temannya. Dan rata-rata mereka semua mengucapkan hal yang sama "Happy birthday Asha, semoga makin cantik selalu yaaa".
I wish at that moment ada gitu yang bilang ke Asha, "Happy birthday Asha, kecantikan yang kamu sombongkan sekarang ini bisa kau terima akibatnya di masa depan." HA!

No, it was me.

Okay, berhenti disitu. Karena pada kelanjutannya aku berpikir mereka yang mengucapkan selamat kepada Asha bukanlah teman. Melainkan BABU.
D'ya guys understand? Teman-teman yang sebenarnya tulus menyukai Asha, karena cantik, kaya, diundang ke ulang tahunnya yang "hits" di sekolah adalah suatu tanda "beli" teman. Asha ini sombongnya luar biasa, memang dia cantik, bahkan tercantik dari semua teman-teman perempuan yang diundangnya. Tapi yakin deh, Asha sendiri emang mau temanan sama mereka? Kenapa aku tulis begini, bukan karena aku sok tahu, tapi aku tahu dari segala tingkah Asha yang sebenarnya yang nggak suka, tapi ketika Asha diberi ucapan selamaat, wajahnya seakan bilang, "more and more and more you said I'm pretty and beautiful." FUCK!

Well, pada akhirnya aku sendiri yang merasa kesal, karena aku tahu kondisi yang menyebalkan, bahkan harus berada di tengah-tengah kondisi seperti itu. Rasanya kesal ingin memberi tahu kepada teman-teman Asha bahwa "Hey, buka mata kalian. Sebenarnya Asha nggak peduli sama kalian. Yang ia pedulikan hanyalah pujian kecantikan dirinya dan sanjungan-sanjungan berlebih, sehingga dia akan selalu merasa menjadi Princess di antara kalian semua."
I'm just an outsider, nggak berhak untuk kasih tahu itu kepada mereka. Biar saja mereka yang akan merasakannya pad efeknya di masa depan. Tidak mengancam, tapi kehidupan berputar. Sekarang kamu yang dipuja-puja, Sha, suatu hari nanti saat kamu dewasa kamu akan kaget karena teman yang dahulu kamu lecehkan bisa melesat menyaingi yang kamu panggil "popularitas". What goes around, it comes around.

Cerita tentang Princess Syndrom ini masih akan berlanjut kepada kisahku selanjutnya dalam #ANTIPRINCESSMOVEMENT

Thx-


Love, @quirkyjelly